Sore itu ketika waktu menunjukan pukul 17.00 saya baru saja pulang dari kantor yang terletak di salah satu gedung di bilangan Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta, segera mengambil salah satu sepeda BSS (Bicycle Sharing System) atau di tempat parkirannya. Setelah menggesekan kartu ke tempat yang khusus yang akan segera membuka kunci otomatisnya, maka saya pun sudah melenggang mengendarai sepeda tersebut di jalur khusus sepeda yang terpisah dengan jalur pejalan kaki.
Rencananya malam ini saya akan pergi ke Restoran Rindu Alam yang terletak di Kawasan Puncak untuk janjian dengan teman wanita saya dan kakaknya yang kerjanya di sebuah kantor di Kota Cianjur. Kami baru akan bertemu malam ini setelah sebelumnya dikenalkan oleh seorang teman melalui sebuah media jaringan sosial.
Pukul 17:15 saya tiba di gedung WTC, kemudian menaruh sepeda di tempat khususnya yang masih kosong lalu saya segera naik ke Stasiun Monorel WTC, kemudian saya mengambil kereta jurusan Kampung Melayu untuk kemudian turun di Stasiun Tebet.
Pukul 17:30 tibalah saya di Stasiun Tebet yang merupakan Stasiun Terpadu antara Kereta Monorel, Kereta Metro KRL alias Kereta Listrik Jabotabek, Kereta Rel Ringan alias LRT (Light Rail System) yang lebih populer disebut dengan Tram Listrik serta Terminal Mini khusus Bus Kota, Angkot serta Taksi, Bajaj dan Ojek dan juga BSS tentunya.
Bus kecil untuk transportasi kawasan sudah modern, berhenti hanya di halte, pembayaran melalui kartu elektronik, berpenyejuk udara pula (AC), kapasitas penumpang pun dibatasi dan dengan jadwal keberangkatan dan kedatangan yang teratur pula disetiap haltenya. Begitupula dengan Angkot. Untuk Bajaj dan Ojek sudah menggunakan sistem Argometer seperti layaknya Taksi. Taksinya pun bermacam-macam ada yang menggunakan mobil sedan, mobil kota (city car) ataupun minibus, dan mereka menggunakan mobil system bahan bakar hybrid. Sedangkan untuk Bajaj sudah full menggunakan sistem baterai listrik yang diisi ulang, sehingga mesinnya tidak lagi berisik, begitupula dengan Ojek.
Kembali lagi tadi ke Stasiun Tebet, Kereta KRL Ekspres yang hanya berhenti di stasiun-stasiun tertentu saja; dengan jurusan Stasiun Bogor telah menunggu, lalu saya segera naik. Cukup penuh memang namun sangat tertib dan sopan para penumpangnya. Jadwal pun sangat presisi sekali. Keretanya selang seling, antara gerbong campur dan gerbong khusus wanita.
Pukul 18:00 saya tiba di Stasiun Bogor untuk kemudian segera menumpang Bus Kota Ekspres jurusan Stasiun Gadok melalui Jalan Tol Lingkar Kota Bogor. Kota Bogor juga sudah banyak berubah, ada Busway nya, Angkot dibatasi dan sudah modern, Tram juga sudah banyak, hanya jalur yang tidak bisa dilayani oleh Tram saja yang menggunakan Angkot.
Pukul 18:10 saya tiba di Stasiun Gadok, lalu Sholat Maghrib sebentar 5 menit untuk kemudian pada pukul 18:15 menumpang Kereta Funicular (Kereta Khusus Menanjak) dengan tujuan Stasiun Cibulan.
Pukul 18:45 saya tiba di Stasiun Cibulan untuk kemudian menumpang Kereta Gantung (Cable Car) alias Gondola, kalau malam pemandangannya indah sekali, lampu lampu yang ada di Kawasan Puncak bergemerlapan layaknya bintang bintang. Karena medan yang terjal maka layanan transportasi massal antara Cibulan dan Pucak Pass harus dilayani oleh Kereta Gantung selain tentunya Bus Umum dan Angkot.
Pukul 18:55 tiba di Stasiun Puncak Pass, kemudian jalan kaki sebentar ke Restoran Rindu Alam. Pukul 18:00 tibalah saya di meja yang telah dipesan dimana teman wanita yang 'dicomblangin' teman saya telah menunggu untuk bersama kakaknya untuk kemudian makan malam bersama.
Itu hanya cerita fiksi, angan-angan belaka, gambaran utopia seandaianya negara kita telah berubah dan maju, tidak hanya dari faktor teknologi saja, namun juga dari faktor akhlak, adab, budi pekerti, sopan santun, disiplin, kesadaran dan tanggung jawab bersama. Pertanyaannya adalah kapan semua itu akan terwujud? Sedih sekali rasanya jika pergi ke negara-negara tetangga yang telah maju baik teknologinya, maupun tingkah laku dan tindak tanduk masyarakatnya.
Pukul 18:45 saya tiba di Stasiun Cibulan untuk kemudian menumpang Kereta Gantung (Cable Car) alias Gondola, kalau malam pemandangannya indah sekali, lampu lampu yang ada di Kawasan Puncak bergemerlapan layaknya bintang bintang. Karena medan yang terjal maka layanan transportasi massal antara Cibulan dan Pucak Pass harus dilayani oleh Kereta Gantung selain tentunya Bus Umum dan Angkot.
Pukul 18:55 tiba di Stasiun Puncak Pass, kemudian jalan kaki sebentar ke Restoran Rindu Alam. Pukul 18:00 tibalah saya di meja yang telah dipesan dimana teman wanita yang 'dicomblangin' teman saya telah menunggu untuk bersama kakaknya untuk kemudian makan malam bersama.
Itu hanya cerita fiksi, angan-angan belaka, gambaran utopia seandaianya negara kita telah berubah dan maju, tidak hanya dari faktor teknologi saja, namun juga dari faktor akhlak, adab, budi pekerti, sopan santun, disiplin, kesadaran dan tanggung jawab bersama. Pertanyaannya adalah kapan semua itu akan terwujud? Sedih sekali rasanya jika pergi ke negara-negara tetangga yang telah maju baik teknologinya, maupun tingkah laku dan tindak tanduk masyarakatnya.